Filosofi Hidup berasal dari Nasi Tumpeng Ini Akan Menginspirasimu
Filosofi Hidup berasal dari Nasi Tumpeng Ini Akan Menginspirasimu
Pada tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia menobatkan nasi tumpeng sebagai salah satu berasal dari 30 ikon kuliner Indonesia. Penyajian nasi tumpeng didalam nampan besar, bulat, berasal dari anyaman bambu, nasi kerucut dengan aneka lauk pauk sebagai pelengkap. Identik dengan kebudayaan masyarakat Jawa dikala perayaan suatu moment penting atau kenduri.
Tumpeng berasal berasal dari sebuah singkatan ‘yen metu harus mempeng’ yang memiliki arti tersendiri. Bila diterjemahkan didalam bahasa Indonesia, ‘yen metu harus mempeng’ bermakna ‘ketika keluar harus benar-benar semangat Pesan Nasi Tumpeng Jakarta Timur .’
Tak heran kecuali nasi Tumpeng berasal dari dulu sampai pas ini kerap dijadikan hidangan didalam suatu perayaan yang memiliki arti ucapan syukur ataupun kebahagiaan. Sebab, arti tumpeng sendiri adalah baik, yakni dikala terlahir manusia harus menekuni kehidupan di jalan Tuhan dengan semangat, yakin, fokus, dan tidak ringan putus asa.
Umumnya, proses pemotongan ujung kerucut nasi tumpeng di mulai dengan menguraikan khususnya dahulu arti perayaan berasal dari pemotongan tumpeng, berdoa ucapan syukur, selanjutnya nasi tumpeng dipotong dan diserahkan untuk orang yang dihormati sebagai wujud penghormatan, barulah sehabis itu nasi tumpeng disantap bersama-sama.
Upacara potong tumpeng ini melambangkan rasa syukur kepada Tuhan dan sekaligus ungkapan atau ajaran hidup tentang kebersamaan dan kerukunan.
Ternyata didalam penyajian nasi tumpeng umumnya dilengkapi dengan 7 macam lauk-pauk. 7 didalam bahasa Jawa bermakna pitu. Angka pitu bermakna pitulungan (pertolongan). Berikut arti berasal dari 7 macam lauk-pauk yang biasa disediakan didalam tumpeng:
1. Nasi bersifat kerucut.
Filosofi Hidup berasal dari Nasi Tumpeng Ini Akan Menginspirasimudetik.com
Nasi dibentuk menjadi bentukan kerucut mampu diambil kesimpulan sebagai harapan agar hidup selamanya sejahtera, melambangkan tangan merapat untuk selamanya menyembah Tuhan, dan sebagai lambang pengharapan agar kesejahteraan hidup kami pun tambah sukses.
Nasi yang digunakan umumnya nasi putih ataupun uduk. Warna putih bermakna suci agar nasi tumpeng model ini kerap disediakan didalam upacara keagamaan. Sementara warna kuning melambangkan kesejahteraan, kekayaan, atau rezeki yang melimpah.
2. Ayam.
Pemilihan ayam sebagai pelengkap tumpeng adalah ayam jago (jantan) yang dimasak utuh ingkung dengan bumbu kuning/kunir dan diberi areh (kaldu santan yang kental) yang menjadi lambang menyembah Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening). Dimana ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan sabar (nge”reh” rasa).
Menyembelih ayam jago termasuk mempunyai arti menjauhkan sifat-sifat buruk ayam jago, pada lain: sombong, congkak, kecuali bicara selamanya menyela dan merasa tahu/menang/benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian kepada anak istri.
3. Ikan.
Zaman dahulu ikan yang disediakan Ikan Lele. Ikan lele memiliki arti ketabahan, keuletan didalam hidup dan mampu hidup didalam kondisi ekonomi yang paling bawah sekalipun. Karakter ikan lele sendiri adalah tahan hidup di air yang tidak mengalir dan di dasar sungai.
Ikan Teri umumnya digoreng dengan tepung atau tanpa tepung. Ikan Teri dan Ikan Pethek hidup di laut dan selamanya bergerombol agar memberi arti kebersamaan dan kerukunan.
Ikan ini menjadi lambang berasal dari ketabahan, keuletan didalam hidup dan mampu hidup didalam kondisi ekonomi yang paling bawah sekalipun. Lauk lain yang disediakan adalah ikan teri. Ikan ini umumnya digoreng dengan atau tanpa tepung. Ikan teri selamanya hidup bergerombol. Filosofi yang mampu diambil, sebagai contoh berasal dari kebersamaan dan kerukunan.
4. Telur rebus.
Nasi tumpeng dilengkapi dengan telur rebus utuh. Telur direbus pindang, bukan didadar atau mata sapi, dan disediakan utuh dengan kulitnya, menjadi tidak dipotong agar untuk memakannya harus dikupas khususnya dahulu.
Piwulang jawa mengajarkan “Tata, Titi, Titis dan Tatas”, yang bermakna etos kerja yang baik adalah kerja yang terencana, teliti, tepat perhitungan,dan diselesaikan dengan tuntas.
Telur termasuk menjadi lambang kecuali manusia diciptakan dengan fitrah yang sama. Yang membedakan nantinya hanyalah ketakwaan dan tingkah lakunya.